Kanker Payudara : Pengertian, Gejala dan Pencegahan
Kanker payudara (Carcinoma mammae) dalam bahasa inggrisnya disebut breast cancer
merupakan kanker pada jaringan payudara. Kanker ini paling umum
menyerang wanita, walaupun laki-laki juga punya potensi terkena akan
tetapi kemungkinan sangat kecil dengan perbandingan 1 diantara 1000.
Kanker ini terjadi karena pada kondisi
dimana sel telah kehilangan pengendalian dan mekanisme normalnya,
sehingga mengalami pertumbuhan yang tidak normal, cepat dan tidak
terkendali, atau kanker payudara sering didefinisikan sebagai suatu
penyakit neoplasma yang ganas yang berasal dari parenchyma.
Penyakit ini diklasifikasikan Health Organization (WHO) dimasukkan ke dalam urutan 17.
Fase
Penyebaran penyakit ini sering disebut
dengan isntilah Transformasi, sebagai fase pertumbuhan penyakit, yaitu
terdiri dari fase inisiasi dan fase Promosi, dan fase metastasis
Fase inisiasi
Pada tahap inisiasi terjadi suatu
perubahan dalam bahan genetik sel yang memancing sel menjadi ganas.
Perubahan dalam bahan genetik sel ini disebabkan oleh suatu agen yang
disebut karsinogen, yang bisa berupa bahan kimia, virus, radiasi
(penyinaran) atau sinar matahari. Tetapi tidak semua sel memiliki
kepekaan yang sama terhadap suatu karsinogen. Kelainan genetik dalam sel
atau bahan lainnya yang disebut promotor, menyebabkan sel lebih rentan
terhadap suatu karsinogen. Bahkan gangguan fisik menahunpun bisa membuat
sel menjadi lebih peka untuk mengalami suatu keganasan.
Progesteron, sebuah hormon yang
menginduksi ductal side-branching pada kelenjar payudara dan
lobualveologenesis pada sel epitelial payudara, diperkirakan berperan
sebagai aktivator lintasan tumorigenesis pada sel payudara yang
diinduksi oleh karsinogen. Progestin akan menginduksi transkripsi
regulator siklus sel berupa siklin D1 untuk disekresi sel epitelial.
Sekresi dapat ditingkatkan sekitar 5 hingga 7 kali lipat dengan
stimulasi hormon estrogen, oleh karena estrogen merupakan hormon yang
mengaktivasi ekspresi pencerap progesteron pada sel epithelial. Selain
itu, progesteron juga menginduksi sekresi kalsitonin sel luminal dan
morfogenesis kelenjar
Fase promosi
Pada tahap promosi, suatu sel yang telah
mengalami inisiasi akan berubah menjadi ganas. Sel yang belum melewati
tahap inisiasi tidak akan terpengaruh oleh promosi. Karena itu
diperlukan beberapa faktor untuk terjadinya keganasan (gabungan dari sel
yang peka dan suatu karsinogen).
Fase metastasis
Metastasis menuju ke tulang merupakan hal
yang kerap terjadi pada kanker payudara, beberapa diantaranya disertai
komplikasi lain seperti simtoma hiperkalsemia, pathological fractures
atau spinal cord compression. Metastasis demikian bersifat osteolitik,
yang berarti bahwa osteoklas hasil induksi sel kanker merupakan mediator
osteolisis dan mempengaruhi diferensiasi dan aktivitas osteoblas serta
osteoklas lain hingga meningkatkan resorpsi tulang.
Tulang merupakan jaringan unik yang
terbuat dari matriks protein yang mengandung kalsium dengan kristal
hydroxyappatite sehingga mekanisme yang biasa digunakan oleh sel kanker
untuk membuat ruang pada matriks ekstraselular dengan penggunaan enzim
metaloproteinase matriks tidaklah efektif. Oleh sebab itu, resorpsi
tulang yang memungkinkan invasi neoplastik terjadi akibat interaksi
antara sel kanker payudara dengan sel endotelial yang dimediasi oleh
ekspresi VEGF. VEGF merupakan mitogen angiogenik positif yang bereaksi
dengan sel endotelial. Tanpa faktor angiogenik negatif seperti
angiostatin, sel endotelial yang berinteraksi dengan VEGF sel kanker
melalui pencerap VEGFR-1 dan VEGFR-2, akan meluruhkan matriks
ekstraselular, bermigrasi dan membentuk tubulus.
Gejala klinis
Ada beberapa Gejala secara klinis kanker payudara dapat berupa:
Benjolan pada payudara
Umumnya berupa benjolan yang tidak nyeri
pada payudara. Benjolan itu mula-mula kecil, semakin lama akan semakin
besar, lalu melekat pada kulit atau menimbulkan perubahan pada kulit
payudara atau pada puting susu.
Erosi atau eksema puting susu
Kulit
atau puting susu tadi menjadi tertarik ke dalam (retraksi), berwarna
merah muda atau kecoklat-coklatan sampai menjadi oedema hingga kulit
kelihatan seperti kulit jeruk (peau d’orange), mengkerut, atau timbul
borok (ulkus) pada payudara. Borok itu semakin lama akan semakin besar
dan mendalam sehingga dapat menghancurkan seluruh payudara, sering
berbau busuk, dan mudah berdarah.
Ciri-ciri lainnya antara lain:
Pendarahan pada puting susu;
Rasa sakit atau nyeri pada umumnya baru
timbul apabila tumor sudah besar, sudah timbul borok, atau bila sudah
muncul metastase ke tulang-tulang. Kemudian timbul pembesaran kelenjar
getah bening di ketiak, bengkak (edema) pada lengan, dan penyebaran
kanker ke seluruh tubuh.
Kanker payudara lanjut sangat mudah dikenali dengan mengetahui kriteria operbilitas Heagensen sebagai berikut
- terdapat edema luas pada kulit payudara (lebih 1/3 luas kulit payudara);
- adanya nodul satelit pada kulit payudara;
- kanker payudara jenis mastitis karsinimatosa;
- terdapat model parasternal;
- terdapat nodul supraklavikula;
- adanya edema lengan;
- adanya metastase jauh;
- serta terdapat dua dari tanda-tanda locally advanced, yaitu ulserasi kulit, edema kulit, kulit terfiksasi pada dinding toraks, kelenjar getah bening aksila berdiameter lebih 2,5 cm, dan kelenjar getah bening aksila melekat satu sama lain.
Keluarnya cairan (Nipple discharge)
Nipple discharge adalah keluarnya cairan
dari puting susu secara spontan dan tidak normal. Cairan yang keluar
disebut normal apabila terjadi pada wanita yang hamil, menyusui dan
pemakai pil kontrasepsi. Seorang wanita harus waspada apabila dari
puting susu keluar cairan berdarah cairan encer dengan warna merah atau
coklat, keluar sendiri tanpa harus memijit puting susu, berlangsung
terus menerus, hanya pada satu payudara (unilateral), dan cairan selain
air susu.
Faktor-faktor penyebab
Faktor risiko
Menurut Moningkey dan Kodim, penyebab
spesifik kanker payudara masih belum diketahui, tetapi terdapat banyak
faktor yang diperkirakan mempunyai pengaruh terhadap terjadinya kanker
payudara diantaranya:
- Faktor reproduksi: Karakteristik reproduktif yang berhubungan dengan risiko terjadinya kanker payudara adalah nuliparitas, menarche pada umur muda, menopause pada umur lebih tua, dan kehamilan pertama pada umur tua. Risiko utama kanker payudara adalah bertambahnya umur. Diperkirakan, periode antara terjadinya haid pertama dengan umur saat kehamilan pertama merupakan window of initiation perkembangan kanker payudara. Secara anatomi dan fungsional, payudara akan mengalami atrofi dengan bertambahnya umur. Kurang dari 25% kanker payudara terjadi pada masa sebelum menopause sehingga diperkirakan awal terjadinya tumor terjadi jauh sebelum terjadinya perubahan klinis.
- Penggunaan hormon: Hormon estrogen berhubungan dengan terjadinya kanker payudara. Laporan dari Harvard School of Public Health menyatakan bahwa terdapat peningkatan kanker payudara yang signifikan pada para pengguna terapi estrogen replacement. Suatu metaanalisis menyatakan bahwa walaupun tidak terdapat risiko kanker payudara pada pengguna kontrasepsi oral, wanita yang menggunakan obat ini untuk waktu yang lama mempunyai risiko tinggi untuk mengalami kanker payudara sebelum menopause. Sel-sel yang sensitive terhadap rangsangan hormonal mungkin mengalami perubahan degenerasi jinak atau menjadi ganas.
- Penyakit fibrokistik: Pada wanita dengan adenosis, fibroadenoma, dan fibrosis, tidak ada peningkatan risiko terjadinya kanker payudara. Pada hiperplasis dan papiloma, risiko sedikit meningkat 1,5 sampai 2 kali. Sedangkan pada hiperplasia atipik, risiko meningkat hingga 5 kali.
- Obesitas: Terdapat hubungan yang positif antara berat badan dan bentuk tubuh dengan kanker payudara pada wanita pasca menopause. Variasi terhadap kekerapan kanker ini di negara-negara Barat dan bukan Barat serta perubahan kekerapan sesudah migrasi menunjukkan bahwa terdapat pengaruh diet terhadap terjadinya keganasan ini.
- Konsumsi lemak: Konsumsi lemak diperkirakan sebagai suatu faktor risiko terjadinya kanker payudara. Willet dkk. melakukan studi prospektif selama 8 tahun tentang konsumsi lemak dan serat dalam hubungannya dengan risiko kanker payudara pada wanita umur 34 sampai 59 tahun
- Radiasi: Eksposur dengan radiasi ionisasi selama atau sesudah pubertas meningkatkan terjadinya risiko kanker payudara. Dari beberapa penelitian yang dilakukan disimpulkan bahwa risiko kanker radiasi berhubungan secara linier dengan dosis dan umur saat terjadinya eksposur.
- Riwayat keluarga dan faktor genetik: Riwayat keluarga merupakan komponen yang penting dalam riwayat penderita yang akan dilaksanakan skrining untuk kanker payudara. Terdapat peningkatan risiko keganasan pada wanita yang keluarganya menderita kanker payudara. Pada studi genetik ditemukan bahwa kanker payudara berhubungan dengan gen tertentu. Apabila terdapat BRCA 1, yaitu suatu gen kerentanan terhadap kanker payudara, probabilitas untuk terjadi kanker payudara sebesar 60% pada umur 50 tahun dan sebesar 85% pada umur 70 tahun. Faktor Usia sangat berpengaruh -> sekitar 60% kanker payudara terjadi di usia 60 tahun. Resiko terbesar usia 75 tahun.
Faktor Genetik
Kanker peyudara dapat terjadi karena
adanya beberapa faktor genetik yang diturunkan dari orangtua kepada
anaknya. Faktor genetik yang dimaksud adalah adanya mutasi pada beberapa
gen yang berperan penting dalam pembentukan kanker payudara gen yang
dimaksud adalah beberapa gen yang bersifat onkogen dan gen yang bersifat
mensupresi tumor.
Gen pensupresi tumor yang berperan penting dalam pembentukan kanker payudara diantaranya adalah gen BRCA1 dan gen BRCA2.
Pengobatan kanker
Ada beberapa pengobatan kanker payudara
secara klinis medis yang penerapannya banyak tergantung pada stadium
klinik penyakit, yaitu:
Mastektomi
Mastektomi adalah operasi pengangkatan payudara. Ada 3 jenis mastektomi (Hirshaut & Pressman, 1992):
- Modified Radical Mastectomy, yaitu operasi pengangkatan seluruh payudara, jaringan payudara di tulang dada, tulang selangka dan tulang iga, serta benjolan di sekitar ketiak.
- Total (Simple) Mastectomy, yaitu operasi pengangkatan seluruh payudara saja, tetapi bukan kelenjar di ketiak.
- Radical Mastectomy, yaitu operasi pengangkatan sebagian dari payudara. Biasanya disebut lumpectomy, yaitu pengangkatan hanya pada jaringan yang mengandung sel kanker, bukan seluruh payudara. Operasi ini selalu diikuti dengan pemberian radioterapi. Biasanya lumpectomy direkomendasikan pada pasien yang besar tumornya kurang dari 2 cm dan letaknya di pinggir payudara.
Radiasi
Penyinaran/radiasi adalah proses
penyinaran pada daerah yang terkena kanker dengan menggunakan sinar X
dan sinar gamma yang bertujuan membunuh sel kanker yang masih tersisa di
payudara setelah operasi (Denton, 1996). Efek pengobatan ini tubuh
menjadi lemah, nafsu makan berkurang, warna kulit di sekitar payudara
menjadi hitam, serta Hb dan leukosit cenderung menurun sebagai akibat
dari radiasi.
Kemoterapi
Kemoterapi adalah proses pemberian
obat-obatan anti kanker atau sitokina dalam bentuk pil cair atau kapsul
atau melalui infus yang bertujuan membunuh sel kanker melalui mekanisme
kemotaksis. Tidak hanya sel kanker pada payudara, tapi juga di seluruh
tubuh (Denton, 1996). Efek dari kemoterapi adalah pasien mengalami mual
dan muntah serta rambut rontok karena pengaruh obat-obatan yang
diberikan pada saat kemoterapi.
Lintasan metabolisme
Asam bifosfonat merupakan senyawa
penghambat aktivitas osteoklas dan resorpsi tulang yang sering digunakan
untuk melawan osteoporosis yang diinduksi oleh ovarian suppression,
hiperkalsemia dan kelainan metabolisme tulang, menunjukkan efektivitas
untuk menurunkan metastasis sel kanker payudara menuju tulang.[17]
Walaupun pada umumnya asupan asam bifosfonat dapat ditoleransi tubuh,
penggunaan dalam jangka panjang dapat menimbulkan efek samping seperti
osteonekrosis dan turunnya fungsi ginjal.
CT dapat menginduksi sel kanker payudara
untuk memproduksi cAMP dan menghambat perkembangan sel kanker.[19]
Molekul cAMP tersebut terbentuk dari ekspresi pencerap CT yang terhubung
adenylate cyclase oleh paling tidak satu buah guanine
nucleotide-binding protein. Respon cAMP terhadap CT dapat menurun ketika
sel terinkubasi senyawa mitogenik berupa 17beta-estradiol dan EGF; dan
meningkat seiring inkubasi senyawa penghambat pertumbuhan seperti
tamoxifen dan 1,25(OH)2D3; serta oligonukleotida dan proto-onkogen
c-myc. Namun penggunaan tamoxifen meningkatkan risiko terjadi polip
endometrial, hiperplasia dan kanker, melalui mekanisme adrenomedulin.
Respon berupa produksi cAMP yang kuat,
tidak ditemukan pada senyawa selain CT. Senyawa efektor adenylate
cyclase seperti forskolin dan senyawa beta-adrenergic receptor agonist
seperti isoproterenol hanya menghasilkan sedikit produksi cAMP.
Pada sel MDA-MB-231, CT akan menginduksi
fosforilasi c-Raf pada serina posisi ke 259 melalui lintasan protein
kinase A dan menyebabkan terhambatnya fosforilasi ERK1/2 yang diperlukan
bagi kelangsungan hidup sel MDA-MB-231,[21] dan menghambat ekspresi
mRNA uPA yang diperlukan sel MDA-MB-231 untuk invasi dan metastasis.
Walaupun demikian kalsitonin tidak mempunyai efek yang signifan untuk
menghambat proliferasi sel MCF-7. Apoptosis sel MDA-MB-231 juga
diinduksi oleh asam lipoat yang menghambat fosforilasi Akt dan mRNA AKT,
aktivitas Bcl-2 dan protein Bax, MMP-9 dan MMP-2, serta meningkatkan
aktivitas kaspase-3.
Strategi pencegahan
Pada prinsipnya, strategi pencegahan dikelompokkan dalam tiga kelompok besar, yaitu pencegahan pada lingkungan, pada pejamu, dan milestone.
Hampir setiap epidemiolog sepakat bahwa pencegahan yang paling efektif
bagi kejadian penyakit tidak menular adalah promosi kesehatan dan
deteksi dini. Begitu pula pada kanker payudara, pencegahan yang
dilakukan antara lain berupa:
Pencegahan primer
Pencegahan primer pada kanker payudara
merupakan salah satu bentuk promosi kesehatan karena dilakukan pada
orang yang “sehat” melalui upaya menghindarkan diri dari keterpaparan
pada berbagai faktor risiko dan melaksanakan pola hidup sehat.
Pencagahan primer ini juga bisa berupa pemeriksaan SADARI (pemeriksaan
payudara sendiri) yang dilakukan secara rutin sehingga bisa memperkecil
faktor risiko terkena kanker payudara.
Pencegahan sekunder
Pencegahan sekunder dilakukan terhadap
individu yang memiliki risiko untuk terkena kanker payudara. Setiap
wanita yang normal dan memiliki siklus haid normal merupakan populasi at
risk dari kanker payudara. Pencegahan sekunder dilakukan dengan
melakukan deteksi dini. Beberapa metode deteksi dini terus mengalami
perkembangan. Skrining melalui mammografi diklaim memiliki akurasi 90%
dari semua penderita kanker payudara, tetapi keterpaparan terus-menerus
pada mammografi pada wanita yang sehat merupakan salah satu faktor
risiko terjadinya kanker payudara. Karena itu, skrining dengan
mammografi tetap dapat dilaksanakan dengan beberapa pertimbangan antara
lai
- Wanita yang sudah mencapai usia 40 tahun dianjurkan melakukan cancer risk assessement survey.
- Pada wanita dengan faktor risiko mendapat rujukan untuk dilakukan mammografi setiap tahu.
- Wanita normal mendapat rujukan mammografi setiap 2 tahun sampai mencapai usia 50 tahun.
Foster dan Constanta menemukan bahwa
kematian oleh kanker payudara lebih sedikit pada wanita yang melakukan
pemeriksaan SADARI (Pemeriksaan Payudara Sendiri) dibandingkan yang
tidak. Walaupun sensitivitas SADARI untuk mendeteksi kanker payudara
hanya 26%, bila dikombinasikan dengan mammografi maka sensitivitas
mendeteksi secara dini menjadi 75%
Pencegahan tertier
Pencegahan tertier biasanya diarahkan
pada individu yang telah positif menderita kanker payudara. Penanganan
yang tepat penderita kanker payudara sesuai dengan stadiumnya akan dapat
mengurangi kecatatan dan memperpanjang harapan hidup penderita.
Pencegahan tertier ini penting untuk meningkatkan kualitas hidup
penderita serta mencegah komplikasi penyakit dan meneruskan pengobatan.
Tindakan pengobatan dapat berupa operasi walaupun tidak berpengaruh
banyak terhadap ketahanan hidup penderita. Bila kanker telah jauh
bermetastasis, dilakukan tindakan kemoterapi dengan sitostatika. Pada
stadium tertentu, pengobatan yang diberikan hanya berupa simptomatik dan
dianjurkan untuk mencari pengobatan alternatif.
Pengobatan dan Pencegahan dengan Herbal
Pengobatan maupun pencegahan selain
secara medis klinis, juga dilakukan dengan alternatif dengan menggunakan
herbal kapsul daun sirsak.
Pengobatan
Minum kapsul daun sirsak 3 butir sekali minum pada pagi, siang, sore (3 kali) selama 3 minggu.
Pencegahan
Minum kapsul daun sirsak 3 butir pil sekali minum, sehari cukup sekali saja. Sebaiknya diminum sore hari atau menjelang tidur.
Video tentang Penyebab Kanker Payudara